YANG TERTUA :
∟ habis dalam lara.

PERAWAKAN
bagai mekar diambang kering; semampai, namun genting. kulitnya putih, hampir pasi, rambutnya platina, gading dipoles lesi. matanya biram, sirah bagai arteri, merah bagai mentari. kala gelak bercakap arti, pipit melesung pada kedua pipi; senyumnya manis, tawanya halus, hatinya di jemari.

PERANGAI
hangat, melarat, santun dirantai karat. sabarnya tak pernah lenyap, seolah benci dikunci rapat. bicaranya acap lembut, kadang memikat, kadang mengarung, kadang mengelak bila ditanya tentang apa yang dipegang erat. pikirnya tenang, katanya ringan, seolah bahunya tidak retak dihantam beban.

LATAR BELAKANG
bukan pecinta keramaian, bukan pembenci kerumunan. lemah, tetapi tidak tak berdaya; hanya berbeda dari cara darahnya membentuk tulang, hanya tidak sempurna dari cara uratnya merangkai organ. keluarganya hilang, raib ditelan kiamat. adiknya sayang, lenyap dimakan hayat. bukan yang dua, bukan yang wira, mereka ia genggam agar selamat.

ABILITAS
tuhan memberkahi ironi; detak nadinya lebih dari garis antara hidup dan mati. dengan jemari, ia bisa menguntai darahnya menjadi jala, menjadi jaring. dengan tangan, ia bisa meruntai jarum, tipis dan tajam, lantas membuatnya menghantam tanah, mencipta hujan; kalibut bertaring pasak, badai dari penyemat.

TAMBAHAN
bagai bensin, darahnya girang disulut bara, dan sebagai gantinya, kulitnya tidak lepuh di atas nyala, dagingnya tidak latur di bawah gelora. geraknya cepat, langkahnya ligat. ia adalah prahara, datang dan pergi atas bahaya, terburu, tergesa, menarik jiwa bila diminta.

LIMITASI
lima koma lima liter darah di dalam tubuh manusia, tiga koma lima liter yang dapat ia ulur dari jantungnya. kuasanya hanya sampai pada yang ada di tubuhnya, sisanya harus lepas lewat tenggorokannya. tubuhnya dimangsa anemia, segala sisa tinggalah kebodohannya.

KAPASITAS
∟ 9-A

kembali.

YANG DI ANTARA:
∟ pekat dalam bera.

PERAWAKAN
Irisnya merah, rambutnya cokelat. Manis perpaduan warna selaras dengan paras, dan Tuhan memberkatinya pula dengan tinggi di atas rata-rata. Senyumnya canggung. Lirih berbisik, aku tidak meminta semua ini.

PERANGAI
Kecemasan hidup dalam bayangnya. Kental dan menggenang, menjadi tangan-tangan mungil yang paham seribu satu cara untuk merenggang hatinya yang ringkih.　Resah gelisah adalah jubah pelindung dari gigil angin utara. Ia selalu mengenakannya, dan ia masih mengenakannya— bahkan hingga dunia mendeklarasikan akhir pun.　Mengenai kesantunan, miliknya sudah separuh rontok. Ia yang sekarang hanyalah celurut malu-malu yang pandai melarikan diri.

LATAR BELAKANG
Investasi kesayangan. Resital rutin kebanggaan. Menjadi pengiring nyanyian orang itu, Ia tidak membencinya. Walau ngeri jelas membekas dalam angan, ia tidak ingin membencinya. Ia hanya diam-diam bersyukur karena berkat tragedi itu rutinitas musimannya perlahan berakhir. Berakhir hanya untuk tiba di bab baru sebuah tragedi berkepanjangan. Yang bersimbah sirah kali ini adalah tangannya.

KAPASITAS
∟ 9-A

kembali.

ABILITAS
Darahnya adalah hara kebun belatung. Tetumbuhan dari tetes sirahnya tumbuh meliar; padang bunga, julai sulur. Lagu empat musim; kanopi musim semi, pinus dan angin utara, undangan mimpi indah, salju pengingat rumah. Yang terakhir adalah lantunan senyap. Tanda kelahiran, waktu untuk mereka menghidupi mimpi semasa lelap. Perjamuan belatung. Pesta makan sebelum terlahir kembali dengan sepasang sayap mungil— menjadi malaikat pemuja kebusukan.

TAMBAHAN
Bukan petarung garda depan. Pandangnya tajam, tangannya terampil. Senjatanya adalah busur dengan mata anak panah berlumur sirah.

LIMITASI
Lagu tetumbuhannya tidak bisa berburu-buru. Kacau ritme akan berimbas kepada pertumbuhannya. Bila telanjur rusak, ledaknya akan tiba tanpa peringatan. Selain itu, pertarungan jarak dekat bukan keahliannya. Fisiknya biasa aja, mentalnya kaca jendela. Mudah retak, mudah mampus.

YANG TERMUDA :
∟ diam dalam mara.

PERAWAKAN
rambut seputih salju. mata semerah darah. memiliki bekas yang merusak kulit putih nan pucat pada bagian pipi dan leher. bekas yang panjang dan melingkari leher dan setengah pipi. bekas yang begitu jelas, yang begitu terus mengingatkan pada masa-masanya di neraka. senyumnya hangat, seperti suhu tubuhnya. dirinya bagaikan bunga yang sudah diujung maut.

PERANGAI
lembut-kasar, ramah-menyebalkan, pendiam-berisik.
tidak ada yang menetap selain rasa was-was terhadap orang-orang dengan alasan tidak ingin menyakiti, tidak ingin disakiti.

LATAR BELAKANG
berawal sebagai seorang anak kecil biasa. anak terbungsu di keluarga hingga dirinya terkhianati dan dioper menjadi salah satu kelinci percobaan di CA. Bencana membebaskannya. Bencana memberikannya berkah dan kutukan. Bencana memberikannya keluarga baru. Bencana adalah dirinya sendiri.

ABILITAS
anggaplah berkah yang didapatkan sebagai pertukaran kebebasannya. darah yang dulunya mengotori, sekarang menghancurkan. memberikan hangat pada tubuh, panas pada telapak tangan. dia tidak bisa menyentuh barang tanpa merusak atau meninggalkan bekas macam luka bakar. namun, untuk dirinya, ini adalah penyembuhan.

TAMBAHAN
asam radioaktif adalah darahnya dan sahabatnya. bisa menyembuhkan dari berbagai luka apabila terkena kulitnya sendiri, bisa menyembuhkan potongan bagian tubuh. telah dipelajari cara mengatur seberapa banyak kerusakan yang dia bisa berikan, seberapa luas kerusakan bisa disebar; dari sentuhan lembut hingga genggaman hingga tekanan. diberkahi pula dengan kekuatan dan kecepatan di luar batas manusia biasa. kekuatan yang bisa saja menghantam tanah, kecepatan yang bisa saja membuatnya lolos dari bahaya.

LIMITASI
selembut sentuhannya, masih bisa saja merusak maka, ia tidak bisa menyentuh apa-apa dengan telapak tangannya. dirinya masih seperti manusia biasa. bisa lapar, bisa haus, bisa merasakan sakit, bisa mati apabila kekurangan darah maupun potongan kepala langsung. bayangkan seberapa besar lukanya, seberapa banyak darah harus menguras untuk menyembuhkan luka itu.

KAPASITAS
∟ 9-A

kembali.